Smith (1989: 76) menyebutkan ada tujuh aspek yang diedit oleh editor untuk memastikan naskah layak terbit dan layak baca, yaitu 1) dapat dibaca (legibility); 2) ketetapan; 3) tata bahasa; 4) kejelasan dan gaya bahasa; 5) ketelitian fakta; 6) legalitas dan kesopanan; 7) rincian produksi.
Dalam buku lawas yang lain, Prambudi (1996: 20) menjelaskan bahwa tugas editor memeriksa hal berikut: 1) tatabahasa; 2) susunan kalimat; 3) kejelasan dan gaya bahasa; 4) ketelitian fakta; 5) legalitas dan kesopanan; 6) konsistensi.
Kemudian Sofia Mansoor menyempurnakan pengurutan aspek editing naskah di dalam bukunya Pengantar Penerbitan menjadi sebagai berikut:
Keterbacaan dan Kejelahan;
Keterbacaan (readability) dan kejelahan (legibility) sangat terkait dengan proses pengatakan halaman isi atau layout dan juga desain kover. Perkara tersebut menjadi bagian dari pengetahuan dari keilmuan desain komunikasi visual (DKV). Editor nas yang tidak memahami dasar ilmu ini tentu akan sulit mengedit sisi keterbacaan dan kejelahan pada sebuah naskah. Sedangkan faktor kejelahan pada suatu publikasi dilihat dari jarak antarhuruf, spasi antarkata, panjang baris susunan huruf, dan jenis huruf (fonta) yang dipilih. Kesemua faktor itu akan memunculkan susunan huruf (setting) yang harmonis dengan halaman (layout) sehingga mudah dan nyaman untuk dibaca.
Ketaatasasan/konsistensi;
Smith (1992: 77) sangat menekankan agar editor nas menjaga konsistensi dalam menggunakan kata/istilah dan tanda baca. Meskipun sebuah kata memiliki beberapa sinonim, tidaklah lantas kata-kata itu dapat digunakan secara bergantian sebagai sebuah variasi. Editor harus memperhatikan aspek ini untuk menghindari menghambur-hamburkan kata atau menggunakan kata bersinonim yang sebenarnya berbeda nilai rasa. Konsistensi juga memperhatikan penerapan gaya selingkung (housing style) pada naskah apabila penerbit telah memiliki buku pedoman gaya selingkung atau memiliki acuan gaya selingkung.
Kebahasaan;
Hal ini merupakan fokus utama yang paling dipahami sebagai tugas utama para editor nas yaitu menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam materi publikasi. Acuan berbahasa yang dapat dijadikan sandaran para editor adalah PUEBI, KBBI, dan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Ketedasan (Kejelasan Gaya Bahasa);
Kejelasan gaya bahasa terkait dengan penyajian naskah yang ditampilkan penulis/pengarang. Para editor harus mampu memahami maksud penulis/pengarang secara jelas dan nyata atau membuatnya jelas dan nyata kepada pembaca yang dalam bahasa Indonesia disebut ‘tedas’. Jika maksud penulis/pengarang tidak jelas sampai kepada pembaca karena gaya bahasa penulisannya yang kacau, editor nas harus memperbaikinya.
Ketelitian Data dan Fakta;
Tambahan tugas editor adalah menyelisik bagian naskah yang berupa data dan fakta. Data dapat terkait dengan peristiwa, tanggal kejadian, nama orang, nama tempat, judul buku, judul lagu, dan lain-lain. Semuanya harus benar karena akan disajikan kepada pembaca. Jadi, jika menemukan sesuatu yang janggal, editor nas harus mengonfirmasikannya kepada penulis/pengarang. Apabila kesalahan data dan fakta langsung terdeteksi, editor dapat langsung mengubah sesuai dengan data dan fakta yang sebenarnya.
Kepatuhan Legalitas dan Kepatutan;
Kasus plagiat adalah kasus terkait pelanggaran legalitas. Adapun penyebaran hoax (berita bohong), pornografi, ujaran kebencian, dan penghinaan SARA adalah kasus terkait kesopanan atau kepatutan. Demi keamanan penerbit, termasuk penulis, editor nas wajib mengonfirmasi hal-hal yang berpotensi sebagai tindakan plagiat dan konten-konten yang berpotensi meresahkan masyarakat pembaca atau menimbulkan reaksi pembaca kepada penerbit dan penulis.
Ketepatan Rincian Produksi;
Meskipun editor nas tidak terlibat langsung dalam proses produksi, baik pracetak maupun cetak, ia tetap memiliki peran penting dalam penyiapan produksi, terutama pada tahap pracetak. Editor menjadi penjamin bahwa naskah yang hendak diproses sudah lengkap, termasuk seluruh elemen anatominya. Editor nas dalam hal ini juga diandalkan dalam tugas-tugas yang terkait dengan pracetak seperti menyiapkan dumi dan juga memberi tanda-tanda khusus pencetakan (typecoding) pada pruf.
Dengan menguasai tujuh aspek editing ini bukan hanya akan meningkatkan kualitas tulisan, tetapi juga membantu menyampaikan pesan dengan lebih jelas dan efektif. Dari memastikan tata bahasa yang benar, hingga menjaga konsistensi dan kelancaran alur, setiap aspek memainkan peranan penting dalam menciptakan karya tulis yang lebih baik.
Salam kompeten!
(Trim, Bambang, 2020, Editingpedia, Jakarta: Inkubator Penulis Indonesia)